Reverse Stock dan Tujuannya
Reverse stock adalah aksi penggabungan seluruh saham yang beredar guna menjadikan nilai saham lebih proporsional dan berharga. Misalkan sebuah perusahaan melakukan stock reverse 5:1 (5 reverse jadi 1 atau reverse dengan rasio 5 banding 1).
Aksi ini kerap terjadi jika saham tidak ada, transaksi hanya sedikit, dan harga saham berhenti di batas bawah yakni Rp50 per lembar. Walaupun harga saham yang lebih tinggi biasanya dinilai positif, kenaikan harga yang terjadi sebagai hasil reverse stock justru menandakan adanya masalah di dalam perusahaan dan tak jarang pula dianggap sekadar trik akuntansi.
Ketika reverse stock dijalankan, seluruh saham yang beredar di pasar akan dibatalkan perusahaan. Lalu perusahaan itu bakal mendistribusikan saham baru kepada para pemegang sahamnya.
Lazimnya, jumlah saham baru yang didapat akan memiliki nominal jauh lebih kecil dan berbanding lurus dengan banyaknya saham yang saat ini dimiliki perusahaan. Reverse stock split boleh saja disarankan oleh manajemen perusahaan, tetapi tetap wajib mendapat persetujuan hak suara dari para pemegang saham.
Menilik cara kerjanya, tak heran aksi korporasi reverse stock kurang diminati di Indonesia karena menandakan suatu perusahaan atau emiten sedang terbelit masalah keuangan.
Tujuan Perusahaan melakukan Reverse Stock :
- Menghindari Harga di Bawah Rata-Rata
Bursa Efek Indonesia menetapkan harga penawaran minimum pada suatu saham yang akan dicatatkan. Ketika harga saham suatu perusahaan jatuh dan berada di bawah harga yang disyaratkan selama beberapa waktu tertentu, maka akan berisiko dihapuskan dari bursa atau delisting. Oleh karena itu, perusahaan menyelamatkan harga sahamnya dengan melakukan reverse stock.
- Menarik Investor
Agar tetap dilirik oleh para investor besar, biasanya perusahaan akan mempertahankan harga saham yang lebih tinggi dengan melakukan reverse stock, untuk menjaga likuiditas perdagangan dan reputasi perusahaan.
- Mengamankan posisi di pasar modal
Harga saham yang tidak terlalu rendah setelah melakukan reverse stock split memungkinkan perusahaan mengamankan posisi di bursa efek besar karena tidak rentan terhadap tekanan pasar sehingga dapat terus bertahan. Sayangnya, strategi reverse split baru dilakukan banyak perusahaan di Indonesia setelah mengalami masalah besar.
Contoh : emiten yang pernah melakukan reverse stock split adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) pada tahun 2012. FREN pernah melakukan reverse stock split dengan rasio 20:1. FREN melakukan reverse stock split dengan harga awal saham sebesar Rp 100 per lot menjadi Rp 2.000 per lot saham pada saat itu.
TERIMA KASIH, SALAM CUAN !!!!!